Romantisme Badai Pasti Berlalu

Badai Pasti berlalu, roman klasik bersambung di harian kompas 5 Juli 1976 hingga 2 September 1972. Merupakan karya penulis bernama Marga T yang kemudian pada 1977 diminati oleh Teguh Karya untuk dijadikan film layar lebar. Novelnya laris terjual lebih dari 24.000 eksemplar dan filmnya sukses mengankat nama Christine Hakim, Roy Marten, Selamet Rahardjo dan Mieke wijaya. Ilustrasi musik digubah oleh Eros Djarot juga mnejadi karya berharga dan sebuah collector's item yang memiliki sejarah dalam dunia hiburan di Indonesia. Film ini mencapai box office dengan sekitara 700.000 penonton di tahun 1977.

Era pembuatan film remake mulai memasuki perkembangan film di Indonesia, walaupun sebenarnya boleh dibilang terlambat dibandingkan dengan apa yang sudah dilakukan oleh studio besar di Hollywood. Badai pasti berlalu kembali digarap oleh sutradara muda Teddy Soeriaatmadja. Berbagai pro-kontra bermunculan setelah penayangan filim in. Namun Teddy patut diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya.

Film yang merupakan  legenda perfilman Indonesia ini menceritakan tentang seorang perempuan muda Saskia (Raihaanun). Ketika patah hati, ia berubah menjadi perempuan yang dingin dan penuh dengan kepahitan. Leo (Vino G. Bastian), setelah bertaruh dengan kawannya, akhirnya dapat memenagkan hati Saskia. Sayangnya, Saskia mengetahi tentang pertaruhaan ini dan membuatnya patah hati untuk kedua kalinya sehingga ia semakin dingin pada lelaki. Selama periode traumatis ini, Saskia bertemu dan akhirnya menikah dengan Helmi (Wingky Wiryawan). Seorang pria yang tidak dicintainya dan sekedar pemeras kelas rendahan. Tak dapat lagi bertahan atas perlakuan suaminya, Saskia kemudian bangkit dan melawan.

Akting para artis muda pendukung remake ini harus beradu peran dengan artis senior. Sinematografi yang indah berhasil mengidupkan karakter dan cerita. Hal yang membedakan dengan filma yang lama adalah setting film baru di pantai sedangkan setting lama di pegunungan.